English French German Spain Italian Russian Portuguese Japanese Korean Arabic
by : BTF

Ulasan Terkait

Valentine Day Menurut Pandangan ISlam

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
(Surah Al-An’am : 116)

Tanggal 14 Februari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Sebab hari itu banyak dipercaya sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari dimana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.

Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, Perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat oleh ummat islam tak terkecuali kalangan mahasiswa/i yang secara sosial didaulat sebagai kaum intelektual muda. Bertukar bingkisan (Kado), semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, merupakan agenda yang turut menyemarakkan suasana valentine setiap tahunnya.

Perayaan Valentine's Day adalah Bagian dari Syiar Agama Non Islam. Valentine's Day menurut literatur ilmiah, kita dapat memastikan bahwa perayaan itu ternyata merupakan bagian dari simbol agama Nasrani. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: "Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998)”. Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, Seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku."
(QS. Al-Kafirun: 1-6)


Kalau dibanding dengan perayaan Natal, sebenarn ya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam. Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.

Mari Istiqomah (Berpegang Teguh)
Perhatikanlah Firman Allah :


“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar